• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
Universitas Gadjah Mada Direktorat Kemitraan dan Relasi Global
UNIVERSITAS GADJAH MADA
  • Beranda
  • Tentang DKRG
    • Profil DKRG
    • Struktur Organisasi
    • Sekretariat dan Subdirektorat
  • Layanan Kerja Sama
    • Alur Pengajuan Kerja Sama
    • Dokumen Pendukung Kerja Sama
  • Kontak
  • Beranda
  • Uncategorized
  • Penaggulangan Bencana dan Tantangannya di Indonesia

Penaggulangan Bencana dan Tantangannya di Indonesia

  • Uncategorized
  • 22 Februari 2017, 11.02
  • Oleh: admin
  • 0

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, Selasa (20/2) di Ruang Multimedia Kantor Pusat UGM menyampaikan kuliah umum “Penanggulangan Bencana dan Tantangannya di Indonesia”. Di Indonesia terdapat 386 kabupaten/kota berada di zona bahaya sedang-tinggi gempa bumi. Selanjutnya, ada 233 kabupaten/kota berada di daerah rawan tsunami, 75 kabupaten/kota terancam erupsi gunung api, 315 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi banjir, serta 274 kabupaten/kota di daerah bahaya sedang-tinggi bencana longsor. “Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimanatan Timur, dan Aceh merupakan lima provinsi terbanyak terpapar bencana selama 2016,” terangnya. Sepanjang tahun 2016 kejadian bencana terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 639 kali bencana. Diikuti Jawa Timur dengan 409 kejadian bencana, Jawa Barat 329 kali, Kalimantan Timur 190 kali dan Aceh 83 kali. Sementara sebaran kejadian bencana per kabupaten/kota tertinggi terjadi di Cilacap sebanyak 100 kali, Magelang 56 kali, Wonogiri 56 kali, Banyumas 53 kali, serta Temanggung 50 kali. Willem menyebutkan tren bencana terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebanyak 92% bencana yang terjadi di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi. Peningkatan bencana disebabkan oleh faktor alam seperti perubahan iklim dan faktor antropogenik meliputi degradasi lingkungan, pemukiman di daerah rawan bencana, DAS kritis, urbanisasi, dan lainnya. “Tahun 2016 telah terjadi 2.384 bencana dan jumlah ini meningkat dari 1.732 bencana di tahun 2015,” ujarnya. Banjir merupakan bencana yang paling banyak terjadi di tahun 2016 hingga 775 kali. Bahkan, daerah rawan banjir meluas di beberapa daerah yang tidak pernah mengalami banjir seperti di Garut, Pangkal Pinang, Kota Bandung, Kota Bima, dan Kemang Jakarta. “19 juta masyarakat Indonesia terancam banjir dan longsor akibat hujan yang terjadi sepanjang bulan Januari-Februari 2017 dan 175 ribu masyarakat yang terdampak,”ucapnya. Melihat kondisi Indonesia yang sangat rawan bencana, Willem menegaskan perlu upaya penanggulangan bencana atau disaster management untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian akibat bencana. Menurutnya, terdapat tiga poin utama dalam penanggulangan bencana. Hal tersebut adalah menjauhkan masyarakat dari bencana, menjauhkan bencana dari masyarakat, dan hidup secara harmonis dengan bencana. “Dalam penanggulangan bencana ini dibutuhkan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta,”jelasnya. Ditambahkan Willem, perguruan tinggi juga memiliki peran penting dalam penanggulangan bencana. Selain itu, melalui berbagai penelitian maupun sosialisasi terkait upaya mitigasi bencana ke masyarakat. Disamping itu, berkontribusi dalam penguatan kapasitas yang berorientasi pengurangan risiko bencana dalam pelayanan kuliah kerja nyata di tengah masyarakat. “BNPB telah bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk penanggulangan bencana ini, salah satunya dengan UGM,” tuturnya. BNPB dengan UGM telah melaksanakan kerja sama dalam penerapan sistem peringatan dini bencana longsor. Pada tahun 2016, BNPB dan UGM melakukan pemasangan instrumentasi sistem peringatan dini gerakan tanah di 17 daerah Indonesia. Beberapa diantaranya adalah Kerinci, Cianjur, Purworejo, Magelang, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Bantaeng, Kota Manado, Maluku Tengah, Buru, Kota Ambon, Sikka, Kota Jayapura, Nabire, Teluk Wondama, serta Manokwari. “UGM telah berperan aktif dalam pengembangan konsep pemikiran dan penemuan yang implementatif dalam penanggulangan bencana yang diwujudkan dalam sistem peringatan dini (EWS),”katanya.

Kabar UGM

  • UGM dan Gaziantep University Perkuat Kolaborasi Pendidikan
  • FEB UGM dan MAPPI Perpanjang Perjanjian Kerja Sama Sertifikasi Penilai
  • Dorong Konservasi Hutan, UGM Luncurkan Buku Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Berkelanjutan 
  • Wakili RI, Mahasiswa UGM Jadi Pembicara Termuda di Konferensi Onkologi Radiasi Internasional
  • Gandeng Pemuda Lokal, Tim KKN UGM Buka Jalur Pendakian Menuju Puncak Pulau Tokonanaka
  • Mahasiswa UGM Juara 1 Competition of Animal Science 2025
  • UGM Gandeng Botika Teknologi Indonesia Kembangkan Inovasi Layanan Digital Berbasis AI
  • Klarifikasi UGM Soal Pernyataan Sofian Effendi Tentang Keaslian Ijazah Atas Nama Joko Widodo
  • Rektor UGM Luncurkan Buku Pegangan Relasi Sehat dan Platform AI
  • Dorong Percepatan Penanganan Kemiskinan, Kemensos RI Jalin Kerja Sama dengan 16 PT di DIY
Universitas Gadjah Mada

Direktorat Kemitraan dan Relasi Global

Gedung Pusat UGM, Lt. 2 Sayap Selatan, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
(0274) 649 1928
dit.ka@ugm.ac.id

TENTANG KAMI

  • Struktur Organisasi
  • Sekretariat dan Subdirektorat
  • Alur Pengajuan Kerja Sama
  • Dokumen Pendukung Kerja Sama

Sosial Media Internasional

Sosial Media Kerja Sama Dalam Negeri

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY