Rektor UGM bersama para mahasiswa UGM dan perguruan tinggi di sekitar DIY serta para tokoh pemuka agama, menyaksikan pemutaran film Lima di auditorium MM UGM, Jumat (25/5). Nonton bareng film yang akan ditayangkan serentak di layar bioskop pada 31 Mei mendatang ini dalam rangka menyongsong hari lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni mendatang.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D., Eng., menyambut baik diputarnya film Lima di kampus UGM. “Dengan menyaksikan film ini kita bisa mengambil pelajaran dan bisa diteladani,” katanya. Bersama produser film, Gomulia Oscar, menyampaikan bahwa pembuatan film Lima melibatkan lima orang sutradara dan lima artis yang terinspirasi dari jumlah sila dalam Pancasila. yaitu 5 (lima). Rangkaian cerita di film tersebut dalam rangka memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. “Kita perlu membumikan ideologi Pancasila melalui media modern,” paparnya.
Ken Zuraida sebagai salah satu pemeran dalam film tersebut mengharapkan kehadiran film Lima iniĀ bisa mendapat sambutan positif bagi masyarakat.”Semoga mendapat tanggapan baik dari masyarakat, pada akhir Mei ini bisa berbondong-bondong datang ke bioskop,” katanya.
Menurut Rektor, pengajaran nilai -nilai Pancasila memang tidak cukup dengan beretorika, namun harus bisa dipraktikkan langsung dalam kehidupan bermasyarakat, “Agar keberagaman yang kita miliki makin tetap selalu ada, menjadi satu, dan semakin menjadi kuat,” katanya.
Salah satu cuplikan awal film ini mengisahkan seorang perempuan setengah baya yang kembali memeluk agama Islam sesaat akan meninggal. Terjadi perdebatan seru diantara ketiga anaknya, salah satunya diperankan oleh Prisia Nasution, tentang aturan pemakaman jenazah di Islam dan Kristen. Di Islam semua asesoris di badan harus dilepas. Sementara salah satu pesan wasiat ibunya sebelum meninggal agar gigi palsunya jangan dilepas dan kukunya dihias dengan kutek. Tidak hanya itu, anak laki-laki tertuanya juga berkeinginan untuk menguburkan jenazah ibunya di liang lahat. Di kalangan masyarakat masih ada aturan yang melarang warga non muslim menurunkan jenazah di liang kuburan orang muslim. Namun, di film ini anak laki-lakinya yang beragama Kristen berkesempatan menguburkan ibunya di liang kubur setelah mendapat izin dari pemuka agama. Bahkan, kerabat keluarga dari pihak keluarga sang suami meminta izin untuk menyampaikan doa-doa pujian dalam agama Kristen saat jenazah dikuburkan dengan cara orang muslim.