Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Tim Gugus Tugas One Health/Ecohealth and Emerging Infectious Disease Center menyelenggarakan kegiatan Pre Launching of One Health Coordination Guidelines Selasa 13/02/2018 di Balai Senat UGM. Kegiatan ini merupakan kerja sama UGM dengan Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan United States Agency for International Development (USAID). Hadir dalam kesempatan ini Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng.; Acting Mission Director USAID, Ryan Washburn; Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY, drg. Pambajun Setyaningastuti; Staf Ahli Kemenko PMK Bidang Sustainable Development Goals Pasca 2015 Ghafur Akbar, serta perwakilan dari instansi-instansi terkait.
Sementara itu Rektor UGM dalam sambutannya menyampaikan apresiainya kepada Kemenko PMK dan OHCC-UGM karena mengangkat Issue One Health yang memungkinkan kita untuk dapat bekerja lintas sektoral dalam menangani berbagai masalah strategis di bidang Kesehatan, Zoonoses dan Emerging/re-emerging diseases. Emerging and re-emerging infectious disease merupakan ancaman yang serius pada kesehatan masyarakat. Untuk melakukan kontrol dan memitigasi ancaman zoonoses maka konsep One Health yang menekankan pada sistem thinking, kolaborasi dan bekerja transdisilin untuk menanggulangi ancaman penyakit tersebut meliputi tiga persepektif yaitu: Kesehatan lingkungan, Kesehatan hewan dan Kesehatan manusia.
Dalam sambutannya Ryan Washburn mengatakan “Selama lebih dari 10 tahun, USAID telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, universitas-universitas, lembaga-lembaga bantuan internasional dan pusat-pusat riset untuk meningkatkan kapasitas sumber daya bidang kesehatan manusia, kesehatan hewan dan lingkungan hidup menghadapi avian influenza dan penyakit infeksi emerging lainnya,”
Dalam 30 tahun terakhir ini dunia dihadapkan dengan kemunculan penyakit-penyakit infeksi emerging (PIE) atau emerging infectious diseases dan zoonosis dengan cirinya antara lain cakupan geografis yang luas, berpindah dari satu spesies ke induk semang yang lain termasuk manusia, memiliki keganasan dengan kerugian dampak yang meningkat, mengalami perubahan patogenesis, atau bahkan disebabkan oleh patogen yang berevolusi. Sejak 2003, Badan Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan 854 kasus avian influenza pada manusia (H5N1) dengan 449 kematian di seluruh dunia. Tiap tahunnya, di seluruh dunia, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa zoonosis menyebabkan 2,5 milyar kasus penyakit dan 2,7 juta kematian.
Indonesia merupakan salah satu hotspot untuk PIE di Asia. Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan kekayaan hayati dengan keanekaragaman jenis fauna. Semua ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang rentan ancaman zoonosis. Undang-Undang Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007 menetapkan wabah penyakit sebagai salah satu bencana non alam yang perlu dikelola potensi ancamannya.
Kemenko PMK bersama USAID melalui Preparedness and Response (P&R) mengembangkan Pedoman Koordinasi Pendekatan One Health untuk mencegah dan mengurangi dampak PIE dan zoonosis. Pedoman ini berguna untuk menguatkan koordinasi di antara kementerian dan lembaga pemerintah terkait lainnya seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Dalam Negeri.
Kemenko PMK menyusun pedoman ini sejak tahun 2016 bersama kementerian terkait, lembaga, pemerintah daerah serta Program Emerging Pandemic Threats -2 (EPT-2) dari USAID. EPT-2 adalah program kolaborasi yang terdiri dari lembaga-lembaga internasional, universitas dan pusat-pusat penelitian seperti: Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (UNFAO), WHO, PREDICT-2 (dipimpin oleh Eijkman Institute dan Institut Pertanian Bogor), Preparedness and Response atau P&R (dikelola oleh DAI), One Health Workforce (dipimpin oleh jaringan universitas One Health di Indonesia atau INDOHUN), Palang Merah Indonesia (PMI) dan The Internasional Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).
USAID bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada menginisiasi Program EPT-2 dengan tujuan untuk mengurangi dampak penyakit infeksi emerging dan zoonosis melalui pendekatan One Health. Program ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan Pemerintah Indonesia dalam melakukan deteksi dini, peningkatan kesiapsiagaan nasional dan pengurangan risiko penularan penyakit melalui perubahan perilaku masyarakat. Pedoman Koordinasi Pendekatan One Health ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan Pemerintah Indonesia dalam mencegah, mendeteksi, dan merespon penyakit infeksi emerging.
Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu anggota INDOHUN menegaskan peran penting kalangan akademisi dalam pendekatan One Health untuk menyiapkan tenaga-tenaga lintas sektor baik dari bidang kesehatan manusia, kesehatan hewan maupun lingkungan hidup, mengembangkan riset serta mengintegrasikan pendekatan One Health pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam mencegah dan menanggulangi potensi penyakit infeksi emerging (PIE) dan zoonosis di Indonesia.
Diharapkan melalui seminar publik ini, civitas akademika melalui One Health Collaborating Center bersama Kemenko PMK mendapat kesempatan untuk menyempurnakan dan mengadaptasi Pedoman Koordinasi Pendekatan One Health untuk diterapkan di daerah.