Kualitas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) saat ini masih kalah atau tertinggal dibandingkan dengan negara lain, bahkan dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN seperti Malaysia dan Singapura pun kita jauh tertinggal. Perwira mereka rata-rata telah memiliki gelar akademik minimal sarjana (S-1), sementara Perwira TNI AD belum banyak yang memiliki gelar sarjana. TNI AD baru menggalakkan kembali peningkatan kualitas SDM TNI AD melalui pendidikan mulai tahun 2013. Sebenarnya pada periode tahun 87-89 pernah diwajibkan bagi perwira untuk memiliki gelar sarjana, tetapi karena tidak berasal dari keinginan pribadi untuk meningkatkan kualitas dirinya sehingga banyak yang tidak dapat menyelesaikan studinya, dan akhirnya program tersebut dihentikan.
“Militer dalam keadaan damai lebih banyak membutuhkan dan menggunakan kemampuan manajemen dibandingkan dengan kemampuan berperang, hal inilah yang mendorong TNI AD untuk menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas anggotanya”, seperti diungkapkan oleh Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala Staf TNI AD dalam sambutannya pada saat Penandatangan Perjanjian Kerjasama tentang Penyelenggaraan Program Pendidikan Pascasarjana antara Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dengan Universitas Gadjah Mada, Jumat (10/01/2020) di Ruang Tamu Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Penandatanganan MoU yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tanggal 9 Juli 2018 di Akmil Magelang.
Lebih lanjut beliau memaparkan bahwa alasan memilih UGM adalah karena merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia, bahkan tahun 2019 menjadi yang teratas. Selain itu UGM telah menyediakan program studi pascasarjana yang menerapkan metoda pembelajaran kombinasi (blended learning) antara sistem tatap muka (offline) dengan interaksi daring (online), sehingga tentara tidak harus meninggalkan jabatannya karena harus kuliah full time jika hendak melanjutkan studi pascasarjana, mengingat kehilangan jabatan berarti berkurangnya pemasukan finansial yang dibutuhkan oleh mereka. Selain itu, masa jabatan yang cukup pendek biasanya maksimal 2 tahun dan bahkan harus pindah ke kota lain yang membuat kuliah penuh waktu menjadi sangat memberatkan, akhirnya mereka enggan untuk studi lanjut.
“Skema beasiswa yang diberikan hanya sebesar 75%, sedang 25% sisanya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan dengan harapan ada tanggung jawab dari mahasiswa untuk menyelesaikan studi, sebab biasanya kalau semuanya digratiskan ada kecenderungan menggampangkan”, demikian Kasad TNI AD mengakhiri sambutannya . Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM, Dr.agr. Ir. Sri Peni Wastuningsih yang telah melakukan seleksi akademik terhadap 70 aplikasi pada Batch 1 ini dan kemudian 46 aplikasi anggota TNI AD dinyatakan lolos seleksi, dengan pangkat terendah adalah Sertu dan tertinggi adalah Letjen.
Sementara itu, Rektor UGM Prof.Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. menyampaikan apresiasi kepada TNI AD yang telah memilih UGM sebagai mitra pendidikan bagi anggotanya. Dibukanya program pascasarjana by research membuka kesempatan untuk melakukan kerjasama ini, sehingga mahasiswa tidak perlu berada terus-menerus di UGM untuk melakukan studinya, mereka dapat melakukan riset di kota asal dan hanya mengambil beberapa mata kuliah wajib yang memerlukan tatap muka. “Namun konsekuensinya waktu istirahat mereka juga menjadi berkurang, dan mahasiswa harus betul-betul disiplin memanajemen waktunya dengan memberikan porsi sebagian waktunya untuk belajar atau melakukan penelitian agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya”, tegas Rektor UGM.
Rektor UGM menutup sambutannya dengan menyatakan bahwa adanya kerjasama ini berimplikasi bagus pada pengaktifan kembali Program S3 Ketahanan Nasional yang beberapa waktu ini tidak aktif. Akhirnya beliau berharap militer Indonesia di masa mendapat dapat menjadi lebih smart dan menjadi pemikir-pemikir strategis agar militer Indonesia dapat setara bahkan lebih unggul dari militer negara-negara lain, sehingga Indonesia menjadi lebih disegani.