
Yogyakarta, 13 Agustus 2025 – Antusiasme mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) memuncak ketika Raditya Dika naik ke panggung Smart Financial Day 2025 di Grha Sabha Pramana. Meskipun tampil di sesi terakhir, kehadirannya justru menjadi magnet utama yang membuat 2.500 peserta tetap bertahan di tempat duduk hingga acara berakhir. Dengan gaya khasnya sebagai komika, Radit mengubah topik yang seringkali dianggap kaku dan teknis menjadi pembahasan yang ringan, menyenangkan, dan mengena bagi generasi muda.
Di awal pemaparannya, Radit memberikan disclaimer bahwa dirinya bukan pakar keuangan. Ia hanya berbagi pengalaman pribadi dalam mengelola keuangan yang ia temukan berguna selama perjalanan karier dan kehidupannya. “Untuk mencapai financial freedom, kita perlu mengubah mindset dan memahami dasar-dasar pengelolaan uang,” ungkapnya. Penyampaian ini menjadi bagian dari kontribusi nyata terhadap SDG 4: Pendidikan Berkualitas, khususnya dalam membekali generasi muda dengan kompetensi literasi finansial.
Delapan Tips Mengelola Keuangan Pribadi ala Raditya Dika
- Hindari Self-Serving Bias
Banyak orang cenderung menyalahkan keadaan saat gagal, namun menganggap keberhasilan berasal dari usaha diri sendiri. Mindset ini menghambat refleksi diri. Dalam konteks finansial, penting untuk berpikir jernih: berapa pemasukan, berapa pengeluaran, dan bagaimana cara meningkatkan produktivitas. - Pahami Konsep Opportunity Cost
Setiap pengeluaran berarti mengorbankan peluang lain. Misalnya, Rp 50.000 untuk kopi kekinian bisa jadi modal untuk menabung. Konsep ini penting agar mahasiswa mampu membuat keputusan keuangan yang lebih rasional dan jangka panjang. - Bedakan Kebutuhan dan Keinginan
Tidak semua yang diinginkan harus dimiliki. Menyadari perbedaan ini akan membentuk kontrol diri dan gaya hidup hemat, yang juga mendukung upaya konsumsi berkelanjutan dalam SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. - Catat Setiap Pengeluaran
Dengan mencatat, uang tidak akan ‘hilang entah ke mana’. Ini membantu evaluasi pengeluaran dan perencanaan keuangan yang lebih matang. - Investasi Terbaik Dimulai dari Diri Sendiri
Investasi leher ke atas – yaitu peningkatan kapasitas, keterampilan, dan pengetahuan – memberikan return tertinggi, apalagi untuk mahasiswa yang sedang menyiapkan masa depan. Ini selaras dengan semangat SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. - Bangun Dana Darurat dan Miliki Asuransi
Sebelum memulai investasi, Radit menekankan pentingnya proteksi risiko melalui dana darurat dan asuransi. Ini merupakan fondasi menuju stabilitas ekonomi personal. - Lakukan Diversifikasi Investasi
Jangan meletakkan semua dana di satu instrumen. Diversifikasi melindungi aset dari volatilitas pasar dan memberi peluang lebih besar untuk pertumbuhan. - Temukan Passion dalam Pekerjaan
Bekerja dalam bidang yang sesuai passion membuat aktivitas produktif terasa menyenangkan. Radit menyebut, “Cari pekerjaan yang bagi kita terasa seperti bermain, tapi orang lain melihatnya sebagai kerja keras.”
Kekayaan Bukan Tujuan, tetapi Dampak dari Nilai yang Diberikan
Menurut Raditya Dika, kekayaan sejati tidak semata tentang jumlah uang, tapi seberapa besar nilai yang dapat kita berikan kepada orang lain. Uang hanyalah alat tukar nilai. Dengan prinsip ini, ia mengajak mahasiswa untuk tidak terjebak dalam budaya FOMO (Fear of Missing Out), namun membangun kebiasaan keuangan yang terencana dan sehat.
Pemaparan ini memberikan kontribusi pada upaya menciptakan generasi muda yang sehat secara mental dan finansial, bagian dari komitmen terhadap SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Literasi finansial yang baik membantu individu membuat keputusan yang tidak hanya rasional, tetapi juga berdampak jangka panjang pada kesejahteraan diri dan komunitasnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip sederhana yang disampaikan Raditya Dika, mahasiswa UGM diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh secara finansial.
Penulis: Jemy Partianto
Fotografer: Angga Kurniajati
Editor: Johan S.M.A.