Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) bekerja sama sepakat kembangkan alat perangkat pengamat cuaca bandara. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman yang dilaksanakan di Ruang Multimedia lantai 3, Sayap Selatan, Gedung Pusat UGM, Jumat (14/9).
Kerja sama ini merupakan konsorsium 4 (empat) Institusi nasional untuk kembangkan alat perangkat pengamat cuaca bandara, dengan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing sebagai berikut:
- UGM bertugas bertanggung jawab dalam penelitian, pengembangan dan teknologi Sistem Perangkat Pengamatan Cuaca Bandara
- BMKG bertugas dalam memberikan masukan dan uji coba dalam pengembangan “Sistem Perangkat Pengamatan Cuaca Bandara” dan memanfaatkan “Sistem Perangkat Pengamatan Cuaca Bandara” yang dibuat oleh PARA PIHAK sebagai bentuk keberpihakan terhadap produk dalam negeri.
- KNKT bertugas dalam memberikan masukan dalam memenuhi parameter keselamatan transportasi dalam mendukung pengembangan dan produksi “Sistem Perangkat Pengamatan Cuaca Bandara.
- PT INTI bertugas dalam produksi, pemasaran, pemasangan dan penyediaan layanan purna jual Sistem Perangkat Pengamatan Cuaca Bandara.
Ketua KNKT, Dr. Soerjanto Tjahjono, menyampaikan bahwa di Indonesia banyak terjadi kecelakaan transportasi yang berkaitan dengan cuaca. “Kehadiran alat menjadi sangat penting karena teknologi bisa membantu mencegah terjadinya kecelakaan,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, Msc., Ph.D., menuturkan bahwa kerja sama ini menjadi perwujudan dari triple helix antara kalangan akademisi, pemerintah, serta pelaku bisnis. Transportasi udara, menurutnya, menjadi salah satu penunjang konektivitas antar wilayah di Indonesia. Dengan berbagai pengembangan dalam aspek-aspek keselamatan penerbangan, kerja sama ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk mendukung kesatuan NKRI. “Sebagai negara maritim, konektivitas melalui penerbangan menjadi salah satu cara untuk mempersatukan NKRI dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. MoU ini harus segera diimplementasikan agar dalam waktu dekat bisa diterapkan di bandara-bandara di Indonesia,”jelasnya. Ia menyebut salah satu teknologi yang diperlukan di dalam penerbangan, yaitu automatic weather observation system (AWOS) yang bisa mencatat kondisi cuaca di sepanjang runway dengan akurasi hingga 100%. Selain itu, pengembangan teknologi ini oleh industri dalam negeri juga menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian nasional dengan memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki.
Sementara itu, Direktur Bisnis PT INTI, Ir. Teguh Adi Suryandono, menyampaikan kesiapan bekerja sama untuk menggali potensi teknologi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri. “Mudah-mudahan semua upaya baik ini bisa bermanfaat bagi masyarakat, dalam jangka pendek untuk keselamatan penerbangan, dan jangka panjangnya untuk kemandirian nasional,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama UGM juga menandatangani Nota Kesepahaman dengan 2 (dua) Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah. Nota kesepahaman ini berisi tentang kerja sama dalam peningkatan mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di kedua kabupaten tersebut.