Program Kampus Hijau di Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan bagian dari pengembangan pendidikan untuk memperkuat implementasi Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (EfSD, Education for Sustainable Development). UGM berupaya mencapai tujuan tersebut melalui Strategi Utama Pengembangan di bidang sarana dan prasarana yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis UGM tahun 2022-2027, yaitu pengembangan ekosistem pendukung dan atmosfer kampus yang ramah lingkungan (SDG 4 Pendidikan Berkualitas).
Pengembangan ekosistem pendukung mencakup infrastruktur yang memenuhi kebutuhan Tridharma secara tepat guna, cerdas, sehat, nyaman, aman, ramah lingkungan, estetik, dan berkelanjutan. Tujuan ini adalah untuk menunjang aktivitas sivitas akademika secara kondusif dan produktif, sejalan dengan SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dan SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur).
UGM berkomitmen mengembangkan atmosfer akademik yang kondusif dan produktif dengan menciptakan lingkungan inklusif, ramah lingkungan, sehat, nyaman, dan aman. Upaya ini termasuk pengembangan kampus ramah lingkungan yang hijau dan minim emisi karbon melalui program zero-waste, recycle, reuse, penggunaan energi terbarukan, serta pembiasaan perilaku ramah lingkungan. Program ini mendukung SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
Salah satu poin penting dalam penilaian peringkat Green Building dan sustainable campus adalah penggunaan energi terbarukan dan ramah lingkungan. Penggunaan energi bersumber dari tenaga surya di lingkungan Kampus UGM saat ini masih relatif sedikit. Beberapa gedung perkuliahan telah dirancang untuk penempatan panel surya, namun mayoritas bangunan belum dirancang khusus untuk keperluan tersebut. Oleh karena itu, rekayasa terhadap beberapa gedung yang ada perlu dilakukan agar siap untuk instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) (SDG 7, SDG 9, SDG 11, dan SDG 12).
Saat ini beberapa gedung di UGM telah dipasang PLTS, di antaranya:
– Gedung KLMB Fakultas Geografi (kapasitas 25,5 kWp)
– Gedung BA Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (kapasitas 82,5 kWp)
– Gedung BC Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (kapasitas 45 kWp)
– Gedung IFFLC Fakultas Kehutanan (kapasitas 40,5 kWp)
– Gedung JBIC Fakultas Kehutanan (kapasitas 20,25 kWp)
– Gedung A Fakultas Hukum (kapasitas 45 kWp)
– Gedung R. Soegondo Fakultas Ilmu Budaya (kapasitas 67,5 kWp).
Energi yang dihasilkan oleh sistem PLTS di UGM selama tahun 2023 adalah sebesar 320 MWh, setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 285 ton CO2 atau setara dengan penanaman 11.401 pohon dewasa. Produksi PLTS tersebut juga menghemat biaya listrik selama setahun senilai Rp235.392.055,00.
Pencapaian ini diharapkan dapat meningkatkan peringkat UGM, mengingat beberapa pemeringkatan global bereputasi, termasuk The Higher Education (THE), mengakui pencapaian kampus Indonesia dalam upaya SDGs, termasuk energi terbarukan. Pada THE Impact Rankings 2024, UGM berada di peringkat 4 nasional dan peringkat 101-200 dunia. Semoga PLTS dengan kapasitas yang masih relatif kecil ini dapat menginspirasi semangat sivitas akademika di UGM untuk bersama-sama mewujudkan Program Kampus Hijau dan mendukung UGM naik peringkat secara nasional dan internasional (SDG 16 Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh).
(Penulis/Foto: Erry Istianto, Editor: I Wayan Mustika & Johan S.M.A.)